Selasa, 24 Februari 2009

MENGAPA PERLU PEDULI PRA-SEJAHTERA ?

A. KEMISKINAN DI SEKITAR KITA

Indonesia yang kaya sumber daya alam, memiliki 13.667 pulau, 370 suku bangsa, 67 bahasa induk dengan jumlah penduduk 227 juta jiwa (tahun 2007), di antaranya lebih dari 86% berKTP Muslim. Pada tahun 2007, sekitar 207 ribu muslimin Indonesia (+ 10% dari jemaah haji dunia) beribadah haji dengan biaya resmi paling murah Rp 29 juta. Namun Indonesia juga kaya orang miskin yaitu sekitar 16.6% atau 36,5 juta orang (2007).

Beberapa kasus kemiskinan yang terekam adalah :

  • Februari 2008, di Makassar, Sulsel; seorang ibu (45 th) dan seorang anak balitanya (4 th) meninggal dalam kondisi 3 hari kelaparan dan diare akut. Para tetangga, begitu pula RT/RW-nya, diberitakan tidak ada yang tahu karena mereka tidak pernah meminta-minta.
  • Mei 2008, seorang anak yatim laki2 usia SD di Cibinong terpaksa tidak sekolah karena harus menjaga 2 adiknya yang masih kecil. Ibunya harus mencari nafkah dengan pendapatan yang kecil sehingga tidak mencukupi untuk membayar pembantu rumah tangga.
  • Jatah beras miskin (raskin) yang didrop via ke-tua RT 1 x/ bulan tidak bisa ditebus oleh yang berhak. Saat beras datang, mereka tidak sanggup mengganti biaya transportasi karena sedang tidak punya uang (karena memang benar2 miskin). Akhirnya beras dibeli oleh orang yang lebih mampu.
  • Riba eceran (pinjaman bernilai kecil) banyak terja-di di kalangan orang miskin. Hutang Rp 200.000,- mesti dibayar Rp 8.000 per hari x 30 hari (bunga 20%/bulan)
  • Makassar, Maret 2008, seorang ibu miskin, sehabis bersalin, berniat menjual bayinya agar bisa membayar biaya pesalinan Rp300 ribu.
  • Di Bekasi, Maret 2008, seorang ibu membenamkan 2 anaknya sehingga mati karena kemiskinan

B. DAMPAK KEMISKINAN

Dampak miskin adalah kekufuran, di antaranya:

  • Fasilitas umum / produksi (pabrik), yang dibangun dengan waktu yang cukup lama dan biaya besar, dirusak dalam sekejap oleh masyarakat / karyawan sendiri.
  • Berebutan sedekah sehingga ter-injak2 (padahal ada orang yang berhak namun tidak mendapatkan)
  • Tawuran (olahraga, antar pelajar, antar kampung)
  • Membunuh anak sendiri (ibu yang membenamkan 2 anaknya karena miskin)

Akibat kekufuran terjadilah pengrusakan yang merupakan contoh buruk buat generasi mendatang bahwa pemaksaan / kekerasan dianggap sebagai alat ”ampuh” untuk melawan orang sejahtera (kaya) yang ”menulikan telinga”, ”membutakan mata”, dan ”membutakan hati”. Akibat selanjutnya, banyak investor enggan berinvestasi. Lapangan kerja menjadi berkurang atau tidak bertambah. Kalau tidak segera ditangani diperkirakan bencana sosial akan datang.


C. APA RESPON KITA SEBAGAI MANUSIA YANG MENGAKU BERIMAN ?

Apakah kita cukup hanya terharu menitikkan air mata saja? Ataukah sendirian saja memberi orang miskin lantas semua masalah kemiskinan selesai ? Atau biarkan saja sehingga kita wariskan generasi yang lemah-miskin-bodoh yang akan mengakibatkan kekufuran?

Apa kita tidak berpikir bahwa anak-cucu kita (yang terdidik-pandai karena kita mampu membiayainya dan kemudian menjadi bos di masa depan) akan repot karena harus menghadapi generasi seumurnya yang bodoh-beringas akibat kurang gizi dan pendidikan? Atau apa kita tunggu saja mukjizat Allah? Tentunya akan tidak demikian kalau kita sebagai bangsa Indonesia melaksanakan perintah Tuhan YME sesuai dengan agama/ kepercayaannya masing-masing.

Sebagai bangsa Indonesia yang Muslim, tentunya :

  • Tidak mau dianggap Allah mendustakan agama, sebagaimana firman Allah : ” (Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin(QS 107:1-3)”
  • Tidak mau menjadi orang yang dibenci Allah sebagaimana firman Allah : ”Hai orang2 yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa2 yang tiada kamu kerjakan (QS 61:2-3)”; dan ” Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (QS 2:44)”
  • Tidak mau menjadi orang yang shalat tetapi celaka sesuai dengan firman : ”Maka kecelakaanlah bagi orang2 yang shalat, (yaitu) orang2 yang lalai dari shalatnya, orang2 yang berbuat ria dan enggan (menolong dengan) barang berguna (107:4-7)”.
  • Tidak mau menjadi orang yang dimurkai Allah berdasarkan firman ” Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang2 yang tidak memper-gunakan akalnya (QS 10:10)”
  • Tidak mau dicap tidak takwa karena hak orang miskin tidak diberikan, merujuk pada ayat : ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang2 yang bertakwa, (yaitu) orang2 yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, ..... (QS 3:133-134)”, ”dan pada harta2 mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian (QS 51: 19), ”dan dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menu-naikan) zakat selama aku hidup, (QS. 19:31), serta ”.... Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak2 yatim, orang2 miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang2 yang sombong dan membangga-banggakan diri ” (QS.4:36)

Bagi umat yang tunduk-patut taat berserah diri kepada Allah (sehingga disebut Muslimin /Muhsinin), peringatan Allah tersebut sangat mengena dan bersegera mengerjakan seluruh perbuatan yang disenangi, tidak dibenci, dan tidak dimurkai Allah sehingga tidak menyesal saat mati sebagaimana dicantumkan dalam firmanNya :

  • Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? (QS 75:36).
  • Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang2 yang zalim seorang penolongpun (QS.35:37); (QS 4:18; 63:10)
Sebagai bangsa Indonesia yang Nasrani, tentunya memahami firman-firman :

  • "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? (Injil, Lukas: 6:46);
  • Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (Injil, Yakobus 1:22);
  • Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (Injil, Yakobus 2:17);
  • Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (Injil, Yakobus 2:24).
  • Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. (Injil, Johanes 15: 12);
  • Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia. (Injil, Amsal 14:31)

Sebagai bangsa Indonesia pemeluk agama Hindu tentunya memahami firman-firman :

  • Kesejahteraan makhluk hendaklah engkau usahakan sebab orang sedang berjalan, duduk, bangun, tidur sekalipun jika tidak dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat tidak ada bedanya dengan perilaku hewan (Weda, S. Mucaya 139)
Sebagai bangsa Indonesia penganut Budhisme tentunya memahami firman-firman :

  • "Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci. Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidaktahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana, maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci." (Sabda Budha dalam Dhammapada, 19, 20)

Sebagai Bangsa Indonesia penganut Khong Hucu / Lao Tse tentunya memahami firman-firman :

  • “Firman Thian (Tuhan Yang Maha Esa) itu dinamakan Watak Sejati. Hidup mengikuti Watak Sejati itu dinamakan menempuh Jalan Suci. Bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamakan Agama. Jalan Suci tidak boleh terpisah biar sekejappun. Yang boleh terpisah itu bukan Jalan Suci. Maka seorang Kuncu harus hati-hati teliti kepada Dia yang tidak kelihatan, khawatir takut kepada Dia yang tidak terdengar. Tiada yang lebih nampak daripada Yang Tersembunyi itu, tiada yang lebih jelas daripada Yang Terlembut itu. Maka seorang Kuncu harus berhati-hati pada waktu seorang diri. Gembira, marah, sedih, senang, sebelum timbul, dinamakan Tengah. Setelah timbul tetapi masih di dalam batas Tengah diberi nama Harmonis. Tengah itulah pokok besar daripada dunia dan keharmonisan itulah cara menempuh Jalan Suci di dunia. Bila dapat terselenggara Tengah dan Harmonis, maka kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan terpelihara (Sabda Khong Fu Cu dalam Kitab Suci Susi, Tengah Sempurna Bab Utama).
  • “Bahwa kelaparan yang dialami rakyat itu justru karena atasannya berkelebihan dalam memungut pajak, maka itu kelaparan timbul di mana-mana. Bahwa pembangkangan yang dilakukan rakyat itujustru karena kelakuan aneh yang dijalankan atasannya, maka itu pembangkangan terus menjadi-jadi. Bahwa kematian sia-sia yang dipenuhi rakyat itu justru karena atasannya berkemewahan dalam menuntut hidup, maka itu kematian sia-sia muncul di sana-sini. Bahwa hanyalah orang yang tiada berkelebihan dalam memperlakukan kehidupan itu adalah orang yang cerdas dalam menempuh kehidupan mulia (Sabda Lao Ze, 604 SM dalam Kitab Suci Taoisme, Too Tik Keng)

D. KIAT MENGATASI KEMISKINAN

Menurut pakar, kemiskinan disebabkan oleh 2 hal yaitu: struktur ekonomi dan budaya. Kemiskinan karena budaya terjadi karena : malas-tidak mau kerja keras, budaya verbal/omong-doang, tidak mau menabung/ investasi, konsumtif, gampang pinjam-sulit bayar, mudah pasrah, tidak malu menengadahkan tangan, tidak mau gotong royong, tidak terbiasa menganjurkan, dll. Kemiskinan karena struktur ekonomi terjadi karena dana sebagian besar hanya berputar di kalangan sejahtera saja.

Kemiskinan budaya Insya Allah dapat diatasi melalui pendidikan segala umur. Dalam hal ini kaum muzaki memberikan kelebihan hartanya untuk mendukung guru ngaji / TPA/ TKA / PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) / BSB (Bermain Sambil Belajar) / posyandu / pendidikan keterampilan ekstra sekolah /pelatih atau fasilitator dll.

Kemiskinan struktur ekonomi Insya Allah dapat diatasi dengan meningkatkan kepedulian kaum muzaki untuk mentransfer kelebihan hartanya kepada kaum mustahik melalui program yang tepat guna. Contoh : 3 orang lansia sejahtera (muzaki) memberi makan kepada 1 orang lansia pra-sejahtera (mustahik) di RT/RW di lingkungannya masing2.

Dengan hanya menyisihkan sebagian kecil saja harta masing2 keluarga (2,5%), masyarakat suatu RW Insya Allah akan dapat mem-bantu memenuhi sebagian kebutuhan dasar sekaligus mendukung program belajar segala umur untuk tetangga-tetangga mereka yang miskin.

Kepedulian yang dilakukan lewat pendekatan non religius sulit dilaksanakan apalagi menjadi tradisi yang berkelanjutan. Karena itulah mau tidak mau sentuhan religius mesti dilakukan agar peran semua lembaga keagamaan dan kemasyarakatan (masjid / mushalla /gereja / biara, majelis taklim, pondok pesantren, sekolah RT/RW, kelompok arisan/ pengajian dll) menjadi lebih meningkat daripada sebelumnya. Tidak hanya sebagai wadah menyelenggarakan kegiatan ritual kepada Tuhan YME, pendidikan agama /umum, silaturahmi warga dan sejenisnya saja, tetapi menjadi tempat di mana peduli tetangga yang duafa menjadi salah satu tradisi utama.

E. APA YANG SEGERA DAPAT KITA LAKUKAN DI KOMUNITAS KITA ?

Apa yang mudah dapat segera dilakukan di lingkungan kita agar kita tidak termasuk orang yang mendustakan agama sehingga celaka, agar tidak dibenci Allah karena hanya berbicara dan tidak berbuat, dan agar hak orang miskin yang meminta dan yang tidak dapat bagian dapat didistribusikan secara efektif ?.

Selain yang rutin (belajar, bekerja dan sejenisnya), kegiatan yang dapat dilakukan adalah meluangkan waktu untuk memikirkan, merealisasikan dan mendorong kegiatan umat agar tetangga2 kita yang miskin, terutama bayi2 dalam kandungan dan balita di sekitar lokasi majelis dapat dikurangi penderitaannya bekerjasama dengan mushalla / masjid /posyandu / pesantren/ PAUD/TPA / RT/RW.

Jika memang sungguh2 berniat melaksanakan perintah Allah untuk berbuat baik kepada fakir miskin, tentunya kita bisa meluangkan waktu yang kita miliki (walaupun hanya 2.5% dari waktu yang ada) untuk memikirkan dan memelopori kegiatan penanganan kemiskinan ini.

Contoh program sederhana yang dapat dikerjakan:

  • Pemberian bubur kacang ijo untuk posyandu (sebagian besar pengunjung adalah ibu2 hamil & balita dari gol. menengah-bawah) (4 kg kc ijo +1,5 kg gula utk + 70 org)
  • Mengganti biaya transportasi raskin atau memberi beras untuk keluarga / lansia miskin (0,3 kg/jiwa/hari atau 10 kg/jiwa/bln) atau 3 lansia sejahtera memberi makan 1 lansia mustahik
  • Pemberian tambahan honor untuk guru ngaji/ agama/ TPA / PAUD / BSB di daerah miskin agar bisa meluangkan waktu lebih dalam mengajar anak2 (2-10 tahun) sehingga kelak mereka menjadi manusia yang tidak hanya pandai membaca Al Quran tetapi paham artinya, mempraktekkan dan mensyiarkan Al Quran sesuai profesinya masing2, menjadi manusia yang lurus, tidak sesat dan tidak dimurkaiNya.
  • Pemberian mainan / buku bekas bermutu/ dll kepada TPA / PAUD/BSB yang berada di daerah2 miskin, dll.
Data kaum prasejahtera, sebagai komponen vital, dapat dikumpulkan dan dimutakhirkan oleh kader posyandu yang kemudian diverifikasi oleh RT/RW dan tokoh masyarakat. Pencarian muzaki donatur dilakukan bekerjasama dengan DKM masjid/ mushalla, kader posyandu, guru ngaji/ guru TPA/ BSB/PAUD relasi lainnya.

Diharapkan target akhirnya adalah berfungsinya masjid/ rumah ibadah lainnya, sekolah / pesantren, majelis taklim / kelompok arisan, RT/RW sebagai pusat tradisi umat untuk peduli prasejahtera. Insya Allah kalau segenap komponen masyarakat bisa bahu-membahu mengatasi kemiskinan dan kebodohan, maka kekufuran dapat diminimalkan dan Insya Allah kemurkaan Allah dapat dihindari.

  • Dan Tuhanmu sekali2 tidak akan membinasakan negeri2 secara zalim, sedang penduduknya orang2 yang berbuat kebaikan. (QS.11:117).
  • ...Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar (QS 8:73).

Referensi :

  • Al Quran Dan Terjemahannya, 1974. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Quran, Departemen Agama RI, Jakarta
  • Too Tik Keng, Kitab Suci Taoisme, 1997. Penerbit Sasana, Jakarta
  • Kitab Suci Khong Fu Cu, Susi, 1997. Penerbit Sasana, Jakarta
  • Perjanjian Lama & Perjanjian Baru, 2003, http : / /www. Katedral jakarta.or.id.
  • Panggilan Weda, Wayan Sadya, 1990. Penerbit Yayasan Dharma Sarathi Jakarta
  • Sabda-sabda Budha, 2003. Budhist On-Line
  • Isa Upanisad, 1990.G Pudja, Lembagapenterjemahan Kitab Suci Weda, Jakarta

1 komentar: